Jumat, 22 Januari 2010

Purana merupakan bagian dari Veda Smrti, yang memiliki posisi yang penting dan strategis dalam tata urutan Veda dan susastra Hindu. Bahwa Veda adalah sabda atau wahyu Tuhan Yang Haha Esa merupakan sumber pertama ajaran agama Hindu. Veda tidak hanya termasuk kitab-kitab Catur Veda Samhita seperti Rgveda, Yajurveda, Samaveda, dan Atharvaveda. Disamping kitab-kitab tersebut yang termasuk kelompok wahyu Tuhan Yang Maha Esa adalah juga kitab-kitab Brahmana, Aranyaka, dan Upanisad yang tidak seluruhnya lengkap terwarisi umat Hindu. Banyak kitab-kitab Aranyaka, Brahmana, dan Upanisad yang karena disusun dalam kurun waktu yang lama tidak terwarisi juga. Di samping kitab Veda atau Sruti tersebut diatas, masih terdapat lagi sumber ajaran agama Hindu yaitu kitab-kitab Itihasa, Purana, Dharmasastra dan Darsana. Kitab-kitab Itihasa dan Purana dapat digolongkan sebagai gudang pengetahuan agama yang sangat besar. Kitab-kitab tersebut disusun oleh para Rsi (human origin) yang dimaksudkan untuk menjabarkan ajaran suci Veda yang demikian luas, penuh kandungan spiritual, filisofis, moralitas, edukatif dan lain-lain.
Kitab-kitab Smrti menyatakan bahwa Purana adalah buku-buku yang memberikan komentar (penjelasan) tentang segala sesuatu dalam kitab suci Veda. Dari pernyataan tersebut diatas dapat disebutkan bahwa Purana benar-benar merupakan susastra Veda yang amat tua usianya disusun jauh dimasa yang lalu (Vettam, 1989: 617). Purana merupakan susastra Veda yang sangat besar, terjemahannya yang valid sudah tersedia dan kitab-kitab ini semakin populer juga di negara-negara Barat. Di dalamnya terdapat aneka fantasi yang mengembirakan orang-orang Barat, seperti halnya anak-anak India dan mereka memberikan hiburan juga tentang susastra tentang kisah cinta dari kitab-kitab Purana. Berhubungan dengan pengalaman umat manusia tanpa mengenal batas waktu, kegembiraan dan tragedi umat manusia di mana-mana, mereka sampai kepada pembaca di Barat, seperti halnya di India. Purana merupakan salah satu susastra Veda (Hindu) yang di dalamnya penug dengan ceritra keagamaan, memberi tuntunan bagi hidup dan kehidupan umat manusia. Purana bagaikan glosari, ensiklopedi, dan konpedium dari Veda dan susastra Hindu. Dengan membaca kitab-kitab Purana, umat yang awam terhadap ajaran agamanya akan lebih mudah memahami, menghayati dan mengamalkan. Di dalam kitab-kitab Purana kita menjumpai berbagai aspek ajaran agama Hindu, mulai dari teologi atau sraddha (keimanan), moralitas (etika), berbagai aspek acara (ritual) termasuk di dalam berbagai tuntunan untuk berbhakti kepada-Nya, berbagai keutamaan tempat-tempat suci untuk melakukan Tirthayatra, dan lain-lain yang sangat mempesona dilukiskan di dalamny
Keutamaan kitab Purana
Purana sebagai satu jenis susastra Hindu, Purana telah ada sejak jaman Veda dan disebutkan bersamaan dengan kitab-kitab Purana, Itihasa dan Narasamsigatha di dalam kitab suci Atharvaveda (XI.7.24 dan XV.6.11) dan di dalam kitab Gopatha (I.2.10) dan Satapatha Brahmana (14.6.10.6), dan juga Taittriya Aranyaka (2.10) dan disebut sebagai Veda yang ke-5 di dalam Chandogya Upanisad dan dibentuk sebagai silabus dari studi Veda seperti disebutkan dalam Asvalayanasutra (3.3.1). seperti telah disebutkan diatas, istilah Purana sebagai suatu karya sastra keagamaan yang di dalamnya dikandung cerita-cerita kuno dapat pula kita jumpai di dalam beberapa susastra Veda, diantaranya dalam kitab-kitab Itihasa, seperti dalam Ramayana (karya Maharsi Valmiki) dan Mahabrata (karya Maharsi Vyasa). Berikut kutipan sloka Ramayana :
Etac-chrutva rahah suto
Rajanam idam abravit
Sruyatam tat puravrttam
Purane ca yatha srutam

Ramayana I.9.1

Artinya :
Dengarkanlah hal ini (perhatian yang agung Dasaratha, ketika akan menyelenggarakan upacara korban kuda, untuk memperoleh putra yang mulia), Sumantra (salah seorang kusir kereta dan juga seorang menteri dari raja Dasaratha) berbicara kepada sang raja secara pribadi, sebagai berikut : (Yang Mulia), dengarkanlah sebuah cerita kuno yakni di dalam kitab Purana.

Kata Purana yang dimaksud merupakan penggalan dari puranam akhyanam yaitu merupakan cerita kuno. Maharsi Kautilya pada kitabnya Arthasastra (I.5.14) yang membahas tentang Itihasa menyebutkan Purana dan itivrtta dari segi isinya merupakan bagian dari Itihasa. Itivrtti berarti peristiwa bersejarah. Purana kemungkinan berarti mitologi dan tradisi yang lama dalam legenda. Pada kepustakaan kuno, dalam kitab-kitab Brahmana, kitab-kitab Upanisad dan buku-buku ajaran Buddhisme kuno, kata Purana dapat disejajarkan secara umum dalam hubungannya dengan Itihasa. Telah dinyatakan bahwa dengan Itihasa dan Purana atau Itihasapurana disebutkan berulang kali sebelumnya, merupakan buku tambahan penjelasan dari Veda dan berbagai cabang ilmu pengetahuan lainnya yang di dalamnya terkandung pengetahuan tentang pemujaan kepada para Dewa seperti disebutkan dalam Chandogya Upanisad (VII.1.2) dan VII.2.1) sebagai Veda yang ke-5 (itihasapuranam vedanamvedam) setelah kitab Catur Veda dan kitab-kitab Vedangga. Kitab-kitab Itihasa dan Purana sangat dekat hubungannya dengan Atharvaveda seperti disebutkan dalam Chandogya Upanisad (III.4.1-2/ Winternitz, 1990: 293).
Shakuntala Jagannatha menjelaskan tentang kitab-kitab Purana, sebagai berikut: ” setelah Sruti, Smrti dan Itihasa kita memiliki buku yang ke-4 yakni kitab-kitab Purana. Kitab-kitab Purana ini terdiri dari 18 macam , yang populer adalah Bhagavata, Visnu dan Markandeya Purana dan 18 Purana kecil (Upapurana). Purana tidak unutk mereka yang cerdik pandai dan kaum intelektual, meskipun ceritanya bersumber dari kebenaran filsafat dalam kitab suci Veda dan dharmasastra yang disusun dalam berbagai episode dan cerita pendek, yang diceritakan untuk masyarakat awam, masyarakat desa yang sederhana dan para petani yang buta huruf. Imajinasi yang terdapat dalam cerita-cerita ini memiliki bentuk dasar pendidikan agama dan kebiasaan masyarakat dan membantu mereka secara sederhana tetapi mandasar kepada kebenaran dalam agama dan moralitas, serta petunjuk hidup, benar salah dalam bertingkah laku (1984: 20).
Purana adalah kitab-kitab susastra Hindu yang mengajarkan agama yang kuno, filsafat, sejarah, sosiologi, politik dan subyek yang lainnya. Purana adalah sebuah ensiklopedi sebagai cabang ilmu pengetahuan dan kebijaksanaan purba. Adapun pokok-pokok ajaran purana, yakni :
1. SRADDHA
1. Brahmavidya
Brahmavidya (teologi) Purana memperlihatkan heteroenitas, hampir semua devata dipuja dalam kitab-kitab Purana, demikian pula devata yang sangat populer seperti Brahma, Visnu dan Siva menempati posisi yang sangat tinggi dan memberi identitas terhadap sebuah kitab Purana. Demikian pula halnya dengan devata yang dipuja dalam kitab suci Veda, seperti Indra dan Agni tetap juga menempati posisi yang sangat penting dan Indra disebut sebagai pemimpin para Deva (Divapati) yang memimpin kahyangan (Svargapati), sedang devata yang lain menempati posisi dibawahnya, selain posisi Brahma, Visnu dan Siva seperti yang disebutkan diatas. Varuna adalah dewa samudra yang muncul beberapa kali, sedang Mitra tidak lagi dipuja. Dewa Surya menempati posisi yang sangat penting.
Tiga devata sebagai manisfestasi utama-Nya adalah Brahma, Visnu dan Siva. Brahma adalah penciptaan alam semesta, Visnupemelihara dan Siva sebagai pelebur kembali alam semesta beserta seluruh isinya. Satu kali Brahma disebut sebagai devata yang paling tinggi seperti disebutkan dalam Markandeya Purana (XLX.f), namun dalam kitab Purana lainnya posisinya lebih rendah dari Visnu dan Siva dan secara relatif masing-masing memiliki supremasi dalam ajaran teologi. Kitab-kitab Purana membagi ajaran yang terkandung di dalamnya yang diklasifikasikan menurut subjek dan tiga kualitasnya, yakni kebajikan, kasih sayang dan kegelapan. Dalam Matsya Purana (LIII.68) menyebutkan bahwa kitab-kitab Purana yang mengagungkan Visnu sebagai devata tertinggi disebut Purana Sattvika, yakni ditandai dengan kebajikan, tenang dan benar, kitab-kitab Purana yang mengagungkan Siva dan Agni sebagai devata tertinggi disebut Purana yang bersifat Tamasa, yang ditandai dengan kegelapan. Sedangkan kitab-kitab Purana yang mengagungkan Brahma disebut Purana yang bersifat Rajasa, yang ditandai dengan sifat-sifat yang penuh nafsu.
2. Atmavidya
Kata atma atau atman berarti nafas, jiwa atau roh. Atman adalah nafas hidup yang dapat dijumpai dalam beberapa mantram Veda, dan dalam pengertiannya yang lebih tus berarti jiwa atau yan menghidupkan yang juga berarti sang diri dan dibedakan dengan bukan sang diri dan hal ini dibedakan menjadi 4 jenis, yakni : (1) milik perorangan, milik baan yang bertentangan dengandunia luar, (2) tubuh yang dibedakan dengan lengan, (3) jiwa yang dibedakan dengan badan, (4) yang intisari yang dibedakan dengan yang bukan intisari. Banyak contoh uraian tentang hal tersebut dapat ditemukan dalam mantram-mantram suci Veda (Subodh, 2000: 21). Secara khusus dan mendetail uraian tentang atman dan sekaligus pula Brahman diuraikan secara panjang lebar di dalam kitab-kitab Upanisad.
3. Karmaphala
Ajaran tentang karma ini diuraikan oleh berbagai kitab Purana yang menurut Visnu Purana (I.1.27; VI.4.21) merupakan hal yang sangat penting dalam ajaran agama Hindu. Di dalam ajaran karma ini juga terkandung ajaran tentang yajna sebagai yang terbaik, diantara berbagai ajaran tentang karma (Visnu Purana II.14.14). di dalam kitab suci Veda seperti halnya di dalam kitab Bhagavata Purana (VII.15.47-49) karma terdiri dari dua macam, masing-masing ”pravartta” dan ”nivrtta” sedang di dalam Visnu Purana (I.1.27; VI.4.41) disebut dengan istilah ”Pravrtti” dan ”Nivrtti” yang mengandung makna jalan umum dan yang khusus, Karmayoga dan Jnanayoga. Ada klasifikasi tentang karma yaitu : Vaidika, Tantrika, dan Misra (campuran keduanya) seperti yang disebutkan di dalam Bhagavata Purana (XI.27.7)
4. Samsara/Punarjanma
Samsara/Punarjanma adalah teori tentang kelahiran kembali seseorang atau makhluk hidup mengalami kematian. Setelah mati rohnya menjelma kembali. Kitab-kitab Purana, khususnya Bhagavata Purana (III>30.1-40) menguraikan secara gamblang tentang Samsara atau kelahiran kembali ini. Vettam Mani dalam bukunya Puranic Encyclopaedia (1989:613) merangkum teori tentang kelahiran kembali dengan mengambil sumber kitab suci Veda.
5. Moksa
Moksa berarti tiada keterikatan Atma dan bersatu dengan Brahman. Dalam Brahmanda Purana (3.4.3.58-60) disebutkan tiga tingkatan Moksa oleh orang yang melihat kebenaran, yaitu: pertama adalah kelepasan dari keterikatan Ajnana. Kedua adalah keselamatan lepas dari Raga-Samksaya (hancurnya keterikatan yang sangat mendalam/kemelekatan). Ketiga adalah Trsnaksaya (menghancurkan kehausan, seperti sangat terikat dengan keduniawian/kemelekatan indrawi) lebih jauh tentang Moksa dapat dijumpai dalam vayu Purana.

2. Tata Susila / Etika
1 . Dasar Etika dan Moralitas
Dasar etika dan moralitas Hindu adalah keyakinan yang mendalam erhadap kelahiran kembali atau perpindahan roh yang merupakan rangkaian dari ajaran karma, yang menurut ajara ini setiap perbuatan baik atau buruk akan memperoleh pahala, tidak hanya sorga tetapi juga neraka, dalam penjelmaan yang berulang-ulang dengan mengenakan berbagai badan dari badan yang suci seperti devata yang agung atau menjadi serangga atau tubuh-tumbuhan dan bahkan menjadi batu. Demikianlah kelahiran akan mengalami kemerosotan meresapi semua ciptaan yang berlaku pula pada kelahiran sebagai manusia, dari kelahiran yang tinggi sebagai rohaniawan atau yang rendah sebagai candala (penuh cacat).
2. Catur Purusa Artha
Dharma, kebenaran kitab-kitab Purana mengajarkan ajaran agama yang sagat populer dan merupakan landasan yang kokoh dalam ajaran Brahmanikal. Artha tentang harta benda diuraikan dalam kitab-kitab Purana, tetapi upaya untuk meningkatkan kemakmuran bagi seorang raja. Kama berarti cinta. Di dalam Bhagavata Purana (III.12.26) dinyatakan bahwa kama muncul dari hati Dewa Brahma perlu dikendalikan terutama bagi grhastha (V.14.4) dan bila tidak dikendalikan, seseorang tidak mampu mengendalikannya, manusia seperti itu bagaikan seekor anjing. Moksa tujuan tetinggi dalam kaitannya dengan empat tujuan hidup manusia (catur purusa artha) adalah moksa. Moksa adalah pembebasan terakhir dari semua eksistensi di dunia ini.
3. Caturvarya
Seperti halnya Purusa Sukta Rgveda menyatakan bahwa Tuhan Yang Maha Esa yang menyatakan Tuhan Yang Maha Esa (Mahapursa) yang menciptakan anatomi masyarakat profesi yang dikenal dengan Catur Varna (empat profesi) : Brahma, Ksatria Vaisya, dan Sudra dan menyerahkan tugas dan kewajibannya serta prosedur hukum kepadanya.


3. ACARA AGAMA
1. Sadacara
Sadacara artinya tradisiyang benar atau baik dari kata ’sat+acara”yakni tradisi yang benar dan baik yang telah diterima secara turun-temurun. Tradisi yang benar dan baik tentunya tidak bertentangan dengan ajaran suci Veda, dan bahkan sadacara ini merupakan penjabaran atau bentuk praktis pengamalan ajaran suci Veda. Singkatnya aplikasi ajaran Veda untuk kehidupan sehari-hari mengacu kepada Samsara
2. Tempat Suci
Pertemuan dua sungai (dviveni) dan tiga sungai (triveni) dipandang sebagai tempat yang sangat suci baik di India maupun di Bali. Pertemuan dua atau tiga sungai sangat baik dijadikan tempat untuk menyucikan diri (prayascitta atau melukat) dan merupakantempat para devata untuk bercengkrama, tempat yang disenangi oleh para dewa dan roh-roh suci.
3. Upacara pancayajna
Bila kita melihat kronologis Veda dan susastra Veda, maka kita akan melihat perkembangan upacara yajna, khususnya rumusan Panca Yajna (dalam sumber sanskerta sering disebut Panca Maha Yajna) dari kitab-kitab yang tertua sampai yang lebih muda dan ditulis dalam bahasa Jawa Kuno.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar